ismi copy

 

Pada tahun kesepuluh kenabian, Rasulullah menerima ujian yang begitu berat baginya. Di tahun tersebut, Abu Thalib menemui ajalnya dan beberapa bulan kemudian Khadijah pun wafat. Abu Thalib dan Khadijah adalah keluarga dan orang terpenting dalam perjalanan dakwah Rasulullah. Abu Thalib adalah saudara dari bapak Rasulullah yang membantu dakwah Rasulullah dan karenanya, kafir Quraisy pun tidak berani menyakiti Rasulullah karena kedudukannya di kaum kafir Quraisy. Sedangkan Khadijah adalah istri Rasulullah, orang pertama yang mempercayainya sebagai Rasul, yang beriman padanya saat yang lain mengingkari, yang membenarkannya saat yang lain mendustakan, dan yang meninfakkan hartanya di saat yang lain tidak mau membagi.
Kedua peristiwa tersebut membawa duka yang sangat dalam bagi Rasulullah. Ditambah lagi cobaan yang datang dari kaumnya yang justru semakin pedih karena wafatnya kedua keluarga Rasulullah membuat mereka semakin berani menyakiti Rasulullah. Saat Rasulullah pergi ke Thaif untuk melanjutkan dakwahnya, Rasulullah pun menerima cobaan yang tak kalah berat. Penduduk Thaif melempari batu ke Rasulullah saat mereka menolak beriman pada Rasulullah. Penderitaan yang terus beruntun itu akhirnya dinamai Amul-Huzni (tahun duka cita).
Ujian yang tak pernah berhenti hadir di kehidupan dakwah Rasulullah, saat itu mencapai puncaknya. Rasulullah kehilangan dua orang tercinta yang selama ini membantu dakwahnya dan mendapat penolakan yang begitu keji dari penduduk Thaif. Namun, dengan keimanan yang begitu teguh dan kokoh, layaknya gunung, Rasulullah tak pernah putus dari rahmat Allah. Rasulullah tak ambil pusing terhadap kesulitan-kesulitan tersebut karena beliau yakin melalui ujiannya lah, beliau mendapatkan manisnya iman dan kegembiraan keyakinan.
Di antara waktu-waktu kesulitan tersebut, Allah mengangkat Rasulullah pada peristiwa Isra’ Mi’raj. Allah memberikan perjalanan penuh hikmah kepada Rasulullah untuk kemudian diteruskan kepada ummatnya. Rasulullah dengan penuh rasa takjub ditunjukkan kekuasaan Allah secara nyata dan kegembiraan tiada tanding, yaitu pertemuannya dengan Allah. Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan dilanjutkan dari Masjidil Aqsa ke Baitul Maqdis yang hanya ditempuh dalam waktu semalam memberikan pengalaman spiritual yang luar biasa dan terus mengokohkan imannya. Perintah Allah yang langsung diberikan pada Rasulullah tanpa perantara menjadikan perintah tersebut menjadi perintah terpenting yang kemudian membedakan ummat muslim dengan yang lainnya. Rasulullah pun kembali dan menceritakan kisahnya saat diangkat ke langit ke tujuh dan bertemu Rabbnya dalam waktu semalam.
Walaupun berada di kondisi terpuruk, dengan keimanan yang dimiliki, Rasulullah tak pernah berhenti melakukan perjalanan dakwah. Rasulullah menyadari bahwa kesulitannya di dunia yang sangat berat dan banyak tak ubahnya seperti riak buih di atas aliran air yang akan menjebol bendungan yang amat kokoh, yaitu keimanannya sendiri. Rasulullah juga menyadari akan kedudukannya sebagai pemimpin tertinggi umat islam, bahkan bagi semua manusia dengan jiwa yang sempurna dan akhlak yang mulia. Rasulullah tak pernah menyerah dengan segala ujian yang dihadapinya karena tahu bahwa pertolongan Allah itu begitu dekat bagi mereka yang memintanya. Allah pun memberikan melebihi itu, Allah memberikan kekasihNya itu kado yang sungguh istimewa untuk kemudian dilaksanakan ummatnya setiap hari tanpa jeda. Allah menghadiahi Rasulullah lebih dari yang ia pernah bayangkan, yaitu pertemuannya dengan Allah.
Maka bagi kita sebagai manusia biasa yang tak pernah luput dari dosa, jangan pernah putus asa dari kesulitan yang menghadang pada tikungan perjalanan kita. Kesulitan kita tak pernah seberapa dibanding dengan ujian yang diterima Rasulullah, maka jangan pernah berhenti dari perjalana kebaikan yang sedang kita tempuh. Keimanan yang terlibat adalah kunci penting dari keyakinan kita pada Rabb alam semesta atas ketangguhan kita menghadapi ujian. Ujian merupakan cara untuk menguji keimanan kita, siapa yang lulus ujian maka tingkat keimanan kita berada pada level yang lebih tinggi. Yakinlah, bahwa Allah selalu berada dekat dengan kita, lebih dekat dari urat nadi kita. Yakinlah, bahwa bersama kesulitan pasti ada kemudahan.