Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh.

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan sia-sia. Itu anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.”
(Q.S Shad 38:27)

Ayat ini membuat saya tertegun ketika membaca artinya. Tafsirnya pun menerbitkan senyum dan rasa kagum, betapa menarik cara Allah mendeskripsikan ciptaan-ciptaan-Nya. “Tidak ada yang sia-sia”, mulai dari segala yang ada di dalam dan di permukaan bumi bahkan hingga ke langit yang luasnya belum mampu kita ukur.

Menurut tafsir dari Kemenag (via https://tafsir.learn-quran.co/id), ayat ini menggambarkan kekuasaan Allah SWT yang meliputi segala makhluk-Nya. Termasuk pula manusia yang penciptaannya dan masa hidupnya kelak akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Konsep ini merupakan hal yang asing bagi kaum kafir Quraisy saat itu. Selain mereka tidak percaya bahwa Allah yang menciptakan segala sesuatu, mereka juga enggan merenungi dan meresapi tujuan penciptaan tiap-tiap makhluk. Kosongnya rasa iman di hati mereka disertai dengan kemalasan untuk berpikir menghantarkan kaum kafir ini ke neraka, naudzubillah min dzalik.

Maka kita sebagai orang muslim yang beriman dan berilmu, haruslah meyakini segala hal di alam semesta ini diciptakan Allah dengan tujuan tertentu. Keyakinan ini akan semakin diperkuat oleh ilmu yang menjadikan kita mampu meneliti ciptaan-ciptaan-Nya. Entah mengapa melihat ayat ini, ingatan saya justru tertuju pada ribuan jurnal teknik kimia maupun bioproses yang melibatkan pengolahan limbah menjadi energi ataupun produk kimia. Limbah yang dipandang sebagai produk buangan, diolah oleh jasad renik yang bahkan tidak tampak oleh mata, ternyata bisa menjadi “tidak sia-sia”.

Saya juga teringat pada virus corona yang telah mematikan ratusan-ribu orang dan melumpuhkan perekonomian dunia. Bisa jadi virus yang merugikan ini menyimpan hikmah tersembunyi di balik tragedi yang membarenginya. “Tidak sia-sia” bukan selalu berarti tidak membawa mudharat. Limbah pun jika tidak diolah tentu akan menjadi pencemar lingkungan, sama halnya dengan virus yang mengakibatkan kematian dan penyakit di masyarakat. Tetapi janji Allah bahwa tidak ada sesuatu pun yang hadir tanpa membawa hikmah, tentu akan membuat kita bermuhasabah pada kondisi ini. Bisa jadi karena hadirnya virus corona, kita pun diberi jauh lebih banyak kesempatan untuk berbuat baik dengan menyumbang makanan, berbakti pada orang tua di rumah, atau mengurangi waktu yang tidak bermanfaat di luar rumah.

Tak lupa juga kita renungi bahwa masing-masing diri ini telah Allah ciptakan bukan tanpa tujuan. Kehidupan kita di dunia ini hanyalah ladang amal untuk kita memupuk bekal menuju akhirat. InsyaAllah kita sudah paham bahwa setiap manusia diciptakan untuk beribadah pada Allah (Q.S Adz-Dzariyat 51:56) dan sebagai khalifah di bumi (Q.S Al Baqarah 2:30). Coba tanyakan pada diri sendiri: Ibadah seperti apa yang sudah kamu lakukan hingga bisa mengantarmu ke surga? Kontribusi apa yang mau kamu beri sebagai khalifah di bumi?

Semoga kita semua semakin tergerak untuk mengaplikasikan ilmu demi meneliti kebesaran Allah lewat ciptaan-Nya, serta semakin bersemangat untuk menjalani hari sebagai hamba Allah yang tidak mau menyia-nyiakan waktunya di dunia.

Wassalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh.

— Kanya Citta Hani Alifia (@kanya.citta)
Angkatan 2015
2 Ramadhan 1441 H

#KultumApaHariIni
#TarawihDay3
#30HariBertadabbur