
Rohis Melindungi Masa Remajaku
Oleh: Desti Raisa (angkatan 2005)
Sepanjang hidup, saya tidak pernah merasakan yang namanya pacaran sebelum pernikahan.
Tidak laku? Bisa juga, mengingat paras saya tidak cantik (yang sebenernya ini perlu disyukuri).
Tapi yang jelas, saaat masih duduk di bangku Sekolah Dasar, pernah merasakan debaran begitu keras saat ada seorang lelaki seumur yang memperhatikan saya tanpa jeda, sikapnya makin menunjukkan kalau dia suka. Debaran ini bukan debaran perasaan suka, tapi lebih ke takut. Sampai-sampai saya tidak main ke luar rumah saat lelaki itu masih mengunjungi saudaranya yang kebetulan jadi tetangga di depan rumah.
Di bangku SD juga saya belum mengenal istilah pacaran, tapi yang namanya kecengan-kecengan dari teman, sering teman lain menjodohkan ini dengan itu. Sayangnya, ga ada yang menjodohkan dengan saya, haha. Mereka bilang saya galak, kecil-kecil cabe rawit, kecil-kecil pelit tidak mau kasih contekan dan galak dengan lelaki.
Pengalaman pertama disukai lelaki membuat saya enggan berhubungan dekat dengan laki-laki, padahal dalam hati bisa saja ada rasa kagum dan suka, cuma masih lebih besar rasa takutnya haha.
Meningkat ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), dimana macam teman perempuan sudah mulai bervariasi. Ada yang udah pernah pacaran 3, 5, 10 kali, ada yang pinter tapi kuper, ada yang gaul tapi pinter, dll. Tentu saya masuk yang pinter tapi kuper hahaha (bangga).
Ada yang nembak? Engga. Ada yang suka? Itu ga tau, dan ga pernah mau memikirkan. Saat itu saya lebih fokus ke prestasi dan sahabat.
Ada rasa ingin pacaran? Ada rasa suka ke lawan jenis? Ada tentu saja. Tapi saya masih ingat wejangan mamah, “kalau sekolah tidak boleh pacaran nanti saja kalau sudah besar”. Ga tau apa yang dimaksud besar. Hehe.
Kondisi di Sekolah Menengah Atas (SMA) pun sama dengan kondisi di SMP, tidak pernah ada yang nembak, tidak ada yang menyatakan suka, tidak juga pacaran. Tapi di masa ini lah saya punya cinta pertama (yang ga kesampaian), ups.
Terus tidak dikejar gitu? Tidak, karena dulu saya anggota Rohis, haha.
Berlanjut ke masa kuliah, masa dimana soal percintaan menjadi ujian berat buat saya, apalagi di masa-masa akhir kuliah, dimana kegiatan berorganisasi mulai berkurang drastis, fokus susun skripsi, tok. Mendengar teman sejawat menikah, jadi pengen ikut nikah. Tapi akhirnya saya menikah dengan sistem ta’aruf saat bekerja di sebuah perusahaan swasta.
Kenapa saya harus cerita ini?
Setiap orang punya kadar kekuatannya sendiri untuk mencegah dirinya tercebur dalam kubangan perzinahan yang menjadi momok remaja masa kini.
Semakin jenjang pendidikan bertambah, ujian perasaan kepada lawan jenis dan menjaga diri dari jurang perzinahan menjadi lebih berat. Ada yang mesti dilakukan agar kita senantiasa terjaga. Tips ini saya tulis berdasarkan pengalaman yang saya alami :
1. Nilai (kebaikan) dalam keluarga perlu dipegang teguh. Nasihat orang tua menjadi utama dan semestinya menjadi panduan kita saat keluar dari rumah. Orang tua bisa saja kurang informasi namun perlu diingat pengalaman yang mereka miliki jauh lebih banyak dari anaknya sendiri.
2. Mau mencari tau, mempelajari lebih dalam dan mempraktikkan prinsip yang ada pada agama kita sendiri. Agama bukan sekedar pelengkap di KTP, tapi seharusnya terinternalisasi pada diri kita. Saya bersyukur sekali saat SMP pernah ikut pesantren kilat, saat SMA pun jatuh hati kepada Rohis, yang membuat saya sampai saat ini istiqomah berada di organisasi yang bernuansa islami dan tentunya juga dalam menjalankan syariat Islam. Dan yang penting menjaga saya dari pergaulan bebas, eksistensi berlebihan, dan anak durhaka (deuh). Dari kegiatan Rohis, banyak siraman rohani yang saya dapatkan baik dari kakak kelas, guru agama, dan ustadz/ah. Apalagi masa-masa SMA, masa krusial dimana hati amat mudah terjangkiti virus merah jambu.
3. Mencari teman yang baik yang senantiasa mengingatkan kepada kebaikan. Ada teman baik yang alim atuh jangan dibilang sok alim, sok suci atau bahkan kadrun, duh. Siapa tau dia ini yang akan jadi penyelamat kamu di akhirat lho, ditarik tanganmu ke syurga karena ia ingat denganmu.
4. Senantiasa berdoa kepada Allah agar kita selalu diberikan penjagaan, karena Allah lah sebaik-baiknya penjaga.
Apakah sudah pasti yang mengikuti 4 tips di atas akan terhindar dari perzinahan, belum tentu, tapi setidaknya ikhtiar penjagaan kita sudah berjalan, dan tentunya dari empat tips di atas akan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Yuk sejak dini dekati ROHIS. Jadikan ROHIS sebagai ikhtiar kamu menjaga dirimu sendiri.