merantau copy

Oleh: Joko Febrianto (angkatan 2009)

Merantau adalah suatu kata yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Apabila ditinjau secara bahasa, merantau dapat diartikan sebagai berlayar untuk mencari penghidupan, pergi ke pesisir pantai, ataupun pergi ke negeri lain (untuk mencari penghidupan, ilmu, dan lain-lain).  Ada pula film Indonesia yang berjudul “Merantau”, tapi bukan itu yang akan saya bahas pada kesempatan kali ini. Setiap orang yang merantau tentu punya niat ataupun tujuan tertentu, ada yang ingin mencari pekerjaan, mencari ilmu, mencari jodoh, dan lain sebagainya. Tempat tujuan merantau (rantauan) pun bervariasi, dari yang dekat hingga sangat jauh, dari dalam negeri sampai ke luar negeri. Merantau bukanlah perbuatan yang mudah, karena diperlukan persiapan baik itu fisik, materi (uang), maupun rohani. Tanpa persiapan yang baik, maka hasil yang didapat pun akan kurang maksimal.

Perbuatan merantau apabila ditinjau dalam Islam, memiliki terminologi yang sama dengan kata hijrah, meskipun tidak dapat dikatakan bahwa orang yang merantau itu melakukan hijrah. Sejarah mencatat bahwa Rasulullah SAW melakukan hijrah (merantau), begitu pula dengan para sahabat. Kondisi lingkungan yang sangat menyulitkan mereka untuk tetap beribadah dengan baik menyebabkan untuk berhijrah. Hal serupa juga dilakukan oleh para tabi’in, para ulama,yaitu mereka tidak segan-segan untuk merantau dalam mencari ilmu. Seringkali untuk mempelajari satu hadits saja diperlukan perjalanan beberapa jam atau bahkan beberapa hari.

Alhamdulillah Allah memberikan saya kesempatan untuk merasakan benar-benar merantau ke luar tanah air Indonesia.  Tentu saja harus melalui proses adaptasi. (sampai sekarang pun masih beradaptasi, karena baru 1 bulan, belum ada seumur jagung…). Tidak jarang seorang perantau akan mengalami ‘homesick’ dan ‘culture shock’ yang disebabkan perbedaan lingkungan, budaya, dan rasa rindu akan orang tua dan keluarga (terutama bagi yang sudah berkeluarga…). Bahasan terkait mencegah ataupun menangani culture shock dan homesick tidak akan saya kemukakan di sini, karena saya tidak punya ilmunya. Tapi in syaa Allah saya ingin berbagi hikmah yang saya rasakan selama beberapa pekan tinggal di luar negeri (semoga bermanfaat dan tidak membosankan).

  1. Banyak bersyukur

Alhamdulillah, hikmah yang pertama tentu saja harus lebih banyak bersyukur. Mengapa? Poin pertama adalah karena diberikan izin oleh Allah untuk menuntut ilmu di luar negeri. Banyak orang ingin ke luar negeri tapi belum diizinkan oleh Allah. Poin kedua adalah bersyukur karena Indonesia luar biasa mudah melakukan shalat, masjid dan musholla seakan akan bertebaran di mana mana, gema adzan selalu diperdengarkan setiap waktu shalat. Hal seperti itu tidak terjadi di negara yang mayoritas penduduknya tidak beragama Islam. Poin yang ketiga adalah bersyukur karena tidak menjadi satu-satunya orang Indonesia di negara ini, sehingga masih bisa bertemu dengan saudara sebangsa dan setanah air. Poin bersyukur akan sangat panjang dan tidak akan habis bila disebutkan satu persatu, maka saya tekankan aja pada tiga poin ini.

  1. Meningkatkan kepekaan

Sejak saya tiba di Britania Raya, yang banyak saya pikirkan adalah dua hal, yang pertama adalah waktu shalat, dan yang kedua adalah soal makanan. Gema adzan berkumandang setiap waktu shalat di Indonesia, sehingga tidak perlu menghapal waktu shalat pun in syaa Allah kita tahu kapan waktu sahalat. Akan tetapi, hal itu tidak terjadi di sini, sehingga para muslimin dan muslimat akan menjadi lebih peka terhadap waktu shalat. Berkaitan dengan makanan, kita akan menjadi lebih selektif dan waspada. Lagi-lagi, berbeda dengan tanah air yang mana hampir setiap makanan dan minuman terdapat label halal MUI (sehingga tanpa pikir panjang langsung dibungkus barangnya), kondisi di sini tidak seperti itu. Hal ini menuntut kita untuk lebih waspada terhadap kemungkinan zat yang menyebabkan menjadi haram, atau syubhat. Maka, penting bagi kita untuk selalu mengecek komposisi (ingredients). Produk yang sesuai untuk vegetarian belum tentu dijamin halal, salah satu solusi lain adalah menanyakan langsung kepada produsen terkait komposisi produk yang mereka pasarkan.

  1. Lebih mudah tersenyum dan menyapa

Percayalah, itu yang saya rasakan di sini. Jangan dibayangkan orang-orang luar negeri itu menyeramkan, banyak sekali orang yang ramah, sehingga kalau kita memberikan senyuman dan menyapa, mereka akan membalas, atau bahkan memulai duluan. Terutama kalau bertemu dengan orang Indonesia, maka rasanya selalu ingin mengajak berbicara dan berkenalan, agak berbeda dengan kondisi ketika saya di tanah air, rasa-rasanya malu mengajak  berkenalan, apalagi berbincang-bincang hangat.

Tentu saja masih banyak hikmah lain yang ada dari kegiatan merantau yang tidak dapat saya selesaikan dalam satu tulisan saja. Setiap perantau tentu punya kisahnya masing-masing dan dengan bertemu sesama perantau jugalah kita akan mendapatkan kisah-kisah yang semoga dapat diambil hikmahnya. Demikianlah tulisan yang saya buat kali ini, yang benar hanya dari Allah, apabila ada kesalahan saya mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar besarnya. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat terutama untuk diri saya pribadi dan juga untuk khalayak pembaca. Aamiin.

Berikut ini adalah bait syair yang ditulis oleh Imam Asy Syafi’i terkait merantau.

#-Merantaulah…-

Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.

Tinggalkan negerimu dan hidup asing  (di negeri orang).#

#Merantaulah…

Kau akan dapatkan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan (kerabat dan kawan).

Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.#

#Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan..

Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh menggenang.#

#Singa jika tak tinggalkan sarang, tak akan dapat mangsa..

Anak panah jika tak tinggalkan busur, tak akam kena sasaran.#

#Jika matahari di orbitnya tak bergerak dan terus berdiam..

tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang.#

#Bijih emas tak ada bedanya dengan tanah biasa di tempatnya (sebelum ditambang).

Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.#

#Jika gaharu itu keluar dari hutan, ia menjadi parfum yang tinggi nilainya.

Jika bijih memisahkan diri (dari tanah), barulah ia dihargai sebagai emas murni.#

Merantaulah…

Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.

Tinggalkan negerimu dan hidup asing  (di negeri orang)

Sumber :

Admin, 2014. Motivasi merantau dari Imam Asy Syafi’i. https://kisahmuslim.com/4262-motivasi-merantau-dari-imam-asy-syafii.html. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2016.

Syatila, Shabra. Pengertian Hijrah Berdasarkan Hadits Rasulullah. http://www.fimadani.com/pengertian-hijrah-berdasarkan-hadits-rasulullah/. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2016.

Anonim. 2016. http://kamusbahasaindonesia.org/merantau/mirip

KamusBahasaIndonesia.org. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2016.