Resume kajian online

Materi: Kajian Tafsir QS An-Nas

Pemateri: Ust. Abdul Aziz Abdur Ro’uf, Lc.

Banyak dari kita yang hafal dengan surat An-Nas, tapi bisa jadi belum mengenal lebih dekat dengan surat ini.

Salah satu cara untuk memahami suatu surat dalam Al-Qur’an adalah dengan memahami surat sebelum dan sesudahnya karena antara satu surat dengan surat yang lain ada keterkaitannya.

Dua surat Al-Qur’an yang menjadi salah satu kunci dalam memahami surat An-Nas, yaitu surat Al-Falaq dan Al-Fatihah.

Kaitan surat Al-Falaq dan Al-Fatihah dengan surat An-Nas:

1.QS Al-Falaq

Surat ini menjelaskan tentang kemungkinan-kemungkinan manusia mendapatkan musibah. Musibah-musibah itu di antaranya adalah bahaya sihir, waktu malam, dan juga sifat hasad dari manusia. Isi surat ini juga mengajarkan kita untuk meminta tolong kepada Allah Yang Maha Melindungi. Namun, kita juga diingatkan bahwa musibah itu sesungguhnya juga membawa kebaikan, yaitu sebagai penghapus dosa atau meningkatkan pahala dan derajat takwa.

2.QS Al-Fatihah

Surat ini menganjurkan kita untuk dapat mengenal Allah sebaik mungkin dan menuhankan Allah dengan cara yang benar. Surat ini mengajarkan kita untuk menjadikan hidup untuk beribadah kepada Allah, menganjurkan kita untuk meminta tolong kepada Allah, serta beribadah dan berdoa kepada Allah. Salah satu permintaan tolong kepada Allah yang dianjurkan adalah memohon agar Allah melindungi diri dari setan dan hal-hal yang membahayakan jasad.

Surat An-Nas secara garis besar menjelaskan tentang potensi kejahatan yang ada pada diri kita sebagai manusia yang bersumber dari godaan setan. Kejahatan yang dijelaskan dalam surat An-Nas ini adalah kejahatan/musibah yang menyebabkan dosa, berbeda dengan musibah yang dijelaskan dalam surat Al-Falaq yang bisa membawa kebaikan.

Terjemah surat An-Nas (sumber: https://quran.kemenag.go.id/)

  1. Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia,
  2. Raja manusia,
  3. sembahan manusia,
  4. dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi,
  5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
  6. dari (golongan) jin dan manusia.”

Ayat pertama diawali dengan kata Qul, “Katakanlah”. Allah mengajarkan kita untuk bersuara, butuh gerak lidah, tidak hanya diucapkan dalam hati saja. Allah mengajarkan kita untuk bersuara dalam meminta perlindungan kepada-Nya.

Dalam 3 ayat pertama, Allah menggunakan kata Rabbinnas, Malikinnas, Ilaahinnas yang memiliki arti “Rabb-nya manusia”, “Rajanya manusia”, dan “Ilahnya manusia”. Allah menggunakan ketiga kata ini untuk membuktikan bahwa Islam adalah milik semua manusia, tidak ada diskriminasi di dalamnya. Allah milik semua manusia.

Penggunaan ketiga kata tadi menjadi bentuk penghargaan Allah kepada makhluk bernama manusia. Allah ingin nama-Nya disandingkan dengan manusia. Secara khusus Allah menyebut “Saya adalah Rabb-nya manusia”. Padahal, ada penyebutan Allah yang lain, yaitu Rabbul’aalamiin, “Rabb semesta alam”.

Pada 3 ayat pertama, Allah mengajarkan kita untuk berlindung kepada Allah yang merupakan Rabb, Raja, dan Ilah manusia. Kita juga diajak untuk mengenal Allah yang bersifat umum, menengah, dan spesifik.

1)Rabb

Ini adalah sifat yang umum. Allah-lah yang memiliki, mengatur, dan membimbing kita. Sifat rabb ini juga bisa dimiliki oleh manusia. Ada penyebutan rabbul bait bagi pemilik rumah.

Manusia secara umum juga suka meminta pertolongan kepada orang-orang yang memiliki sifat rubbubiyah. Karena itu, jangan sampai kita malah lua meminta pertolongan kepada Allah.

2)Raja

Ini adalah sifat yang menengah. Raja adalah penguasa. Pada hakikatnya, penguasa sering diminta pertolongannya. Kita juga terbiasa meminta pertolongan kepada manusia penguasa. Karena itu, kita jangan lupa untuk meminta pertolongan kepada Penguasa Manusia.

3)Ilah

Ini adalah sifat yang spesifik. Hanya Allah yang disebut Ilah. Kita harus menundukkan diri sepenuhnya kepada Allah. Allah sangat layak untuk dimintai pertolongan.

Allah menyuruh kita untuk meminta tolong terhadap apa? Ini dijelaskan pada ayat ke-4 sampai ke-6.

Allah menyuruh kita untuk berlindung dari kejahatan bisikan setan. Begitu dahsyatnya gangguan setan kepada manusia, Allah menyuruh kita dengan pendekatan memuji Allah dengan 3 pujian (Rabbinnas, Malikinnas, dan Ilahinnas). Kalau di surat Al-Falaq, Allah memerintahkan kita untuk memuji dengan 1 pujian (Rabb yang menguasai Shubuh) saja.

Ayat ini mengingatkan kita kembali akan bahaya setan, baik secara pribadi, keluarga, dan masyarakat, yang sangat berpotensi dirusak oleh setan. Setan bisa menguasai suatu masyarakat. Misal, di suatu wilayah RW tidak ada salat Shubuh berjamaah (di luar masa pandemi-red). Ini tanda bahwa masyarakat itu sudah dikuasai oleh setan sehingga tidak bisa mengingat Allah.

Di ayat ke-4, ada kata was-was. Kata ini memiliki keunikan karena ada dua kata yang berulang. Karena ada suatu bisikan berulang-ulang dari setan kepada manusia. Saat kita berzikir kepada Allah, was-was itu hilang. Ketika kita lupa berzikir, was-was itu kembali datang.

Tidak semua was-was dalam diri manusia itu jahat. Was-was bisa bersifat positif juga. Misalnya, ketika kita merasa tidak tenang karena belum salat Dhuha. Ini adalah was-was yang positif. Kita meminta perlindungan Allah dari was-was yang bersifat jelek, yaitu yang berasal dari setan.

Beda was-was diri dengan was-was dari setan:

1)Was-was diri

Was-was diri adalah sesuatu yang terjadi di awal. Ketika kita terpikir untuk melakukan suatu maksiat, maka itu was-was diri. Usahakan yang keluar dari diri adalah was-was yang positif. Was-was tidak dicatat oleh Allah selama belum dilakukan.

2)Was-was setan

Ketika sebuah maksiat itu dimunculkan lagi, dimunculkan lagi, di sinilah kesempatan setan untuk masuk dengan membisikkan, “Nggak apa-apa, nanti kan bisa bertaubat.” Hal ini akan terus dibisikkan oleh setan sampai maksiat itu dilakukan. Allah memerintahkan manusia untuk berzikir yang banyak agar manusia tidak sempat memikirkan yang buruk-buruk sehingga kita terlindung dari was-was setan.

Pada ayat ke-5, terdapat kata shuduurinnas yang bermakna dada manusia. Makna shuduur (dada) dan qulub (qalbu) berbeda. Jika hati manusia diibaratkan sebagai sebuah rumah, shuduur itu seperti halaman rumah dan qulub seperti bagian dalam rumah.

Setan sesungguhnya lemah dalam menggoda manusia. Ia hanya bisa menggoda bagian luar hati manusia. Tapi, jika manusianya lemah, setan bisa menang dalam menjatuhkan manusia. Karena itu, manusia tidak boleh lengah terhadap sifat godaan setan yang berulang-ulang ini (was-was setan).

Manusia akan lemah jika tidak berzikir dan tidak meminta perlindungan kepada Allah. Jadikan setan sebagai potensi untuk beramal salih dengan memperbanyak zikir dan mengingat Allah. Jika hal ini sudah dilakukan tapi manusia tetap berbuat dosa, berarti jiwa manusianya yang salah. Inilah kejahatan yang berasal dari manusia.

Yang menghembuskan was-was bisa dari bangsa jin, bisa juga dari bangsa manusia yaitu manusia yang suka memprovokasi manusia lainnya untuk berbuat jahat juga.

Di dalam surat An-Nas terdapat 5 kali penyebutan an-nas, padahal Allah bisa saja menggantinya dengan kata yang lain. Ada penguatan pada 3 ayat pertama surat ini yang bermakna syumuliah (integral/menyeluruh) dalam menyikapi Allah. Allah harus dimaknai sebagai Rabb, Malik, dan Ilah dalam sebuah kesatuan.

Pada ayat ke-5, dijelaskan bahwa manusia memiliki potensi untuk dijatuhkan oleh setan ke dalam kemaksiatan.

Pada ayat ke-6, dijelaskan bahwa manusia bisa sejajar dengan jin sebagai pelaku provokasi mengajak manusia lainnya dalam kejahatan.

Yang perlu kita ingat adalah jika was-was yang ada bisa membuat kita semakin takwa (was-was positif), maka kita akan aman dari was-was itu sendiri.